Perang di Tanah Rejang 1835-1949, Literasi Sejarah Generasi Milenial di Era Digital
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2023/02/09/bc285_sejarah-perang-di-tanah-rejang.jpg)
BENGKULU, iNewsBengkuluUtara.id - Catatan sejarah suku Rejang di Provinsi Bengkulu, masih menjadi barang langka.
Catatan sejarah suku Rejang masih sangat terbatas dan belum mengulas secara utuh perlawanan masyarakat Rejang pada masa penjajahan di tanah air.
"Selama ini, penelusuran sejarah masyarakat Rejang terkendala minimnya referensi dan pelaku sejarah yang sudah tidak ada lagi," kata Emong Soewandi, pemerhati budaya Rejang kepada iNewsBengkuluUtara.id, Kamis (9/2/2023).
Penulis buku Perang di Tanah Rejang 1835-1949 ini mengungkapkan, buku yang dituliskannya ini mencoba untuk menggambarkan perlawanan masyarakat Rejang dimasa penjajahan.
Naskah yang disajikan dalam buku Perang di Tanah Rejang ini, ia dapatkan dari penelusuran dokumen-dokumen lama yang secara umum berbahasa Belanda dan wawancara langsung dengan pelaku sejarah asli yang saat ini kebanyakan sudah meninggal dunia.
Selain mengulas tentang Perang di Tanah Rejang, buku ini juga menceritakan bagaimana persatuan masyarakat Rejang yang hidup dalam kesetiakawanan dan solidaritas.
"Meski tidak mudah mengumpulkan naskah ini, namun hasilnya setimpal untuk pengayaan literasi sejarah Rejang di era digital khususnya bagi generasi milenial," harap Emong.
Agustam Rachman, penulis dan juga pemerhati sejarah menilai, buku Perang di Tanah Rejang ini menyajikan banyak informasi baru tentang kisah perang masyarakat Rejang pra-kemerdekaan yang tidak ditemukan di bangku sekolah formal.
"Tidak banyak pengetahuan mengenai sejarah perang masyarakat Rejang di bangku sekolah formal, tapi tulisan dalam buku ini mampu mengajak pembaca kembali ke masa lampau. Kalau mau keren, harus baca buku ini," tandas Agustam.
Editor : Debi Antoni