get app
inews
Aa Text
Read Next : Ari Septia Adinata Terima Penghargaan Percepatan Penurunan Stunting 

Lebong Berhasil Turunkan Angka Stunting Jadi 20,2 Persen, PKBI: Harusnya 19,73 Persen

Rabu, 01 Februari 2023 | 22:40 WIB
header img
Nurkholis Sastro, Sekretaris Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi Bengkulu. (Foto Dokumentasi)

LEBONG, iNewsBengkuluUtara.id - Meski angka stunting di Kabupaten Lebong berhasil turun jadi 20,2 persen, namun hal ini masih jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) yakni 19,73 persen.

"Angka penurunan stunting di Lebong 20,2 persen sesuai SSGI 2022 masih jauh dari target. Harusnya, tahun 2022 target penurunan angka stunting di Lebong yakni 19,73 persen," kata Sekretaris Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi Bengkulu, Nurkholis Sastro, Rabu (1/2/2023). 

Pemda Lebong harus bekerja keras untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Lebong yang ditargetkan turun 12,97 persen tahun 2024 mendatang. 

Apalagi, target nasional tahun 2025 nanti maksimal penurunan angka stunting ini di angka 9-10 persen.

"Jika saat ini Lebong di angka 20,2 persen, artinya dalam 2 tahun kedepan harus mengejar turun 8 persen dan itu target yang sangat berat," tambah dia.

Menurut Sastro, hingga saat ini belum tampak langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh tim pencegahan dan penanggulangan stunting Kabupaten Lebong. Baik itu perencanaan, kebijakan, maupun kegiatan OPD terkait. 

Dari riset Cahaya Perempuan Women Crisis Center akhir 2019, terdapat sejumlah faktor penyebab tingginya angka soal gizi dan stunting. 

Pertama, masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai makanan bergizi serta cara pengolahannya. 

Kedua, masih banyak ibu-ibu hamil terutama yang menikah mudah enggan ke Posyandu dan minum tablet penambah darah. 

"Faktor ini lebih banyak dialami oleh masyarakat yang tinggal di pelosok atau kebun," jelasnya. 

Faktor ketiga, ibu hamil khususnya perempuan muda yang sebagian besar sudah mengalami anemia.

Dan keempat, belum semua warga miskin khususnya perempuan yang memiliki kartu BPJS.

"Tingginya angka perempuan yang menikah muda termasuk karena pernikahan dibawah umur karena kejadian tidak diharapkan berkontribusi pada angka stunting," tambahnya. 

Tidak hanya itu saja, kesehatan reproduksi remaja yang semakin kompleks akan mempengaruhi kesehatan reproduksi pada remaja dan calon ibu. 

"Masalah gizi perempuan, sangat dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan masyarakat tentang makanan bergizi (B2SA)," tukasnya.

Editor : Debi Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut