1. Kevin Mitnick
Peretas asal Amerika Serika ini memulai karirnya sejak remaja. Pada tahun 1981, ia didakwa mencuri manual komputer dari Pacific Bell. Satu tahun kemudian, dia kembali membuat heboh setelah meretas Komando Pertahanan Amerika Utara (NORAD).
Pada tahun 1989, ia kembali meretas jaringan produsen komputer terkemuka pada saat itu, Digital Equipment Corporation (DEC) dan membuat salinan perangkat lunak mereka. Tindakannya itu membuat terdeteksi dan akhirnya ditangkap.
Yang mencengangkan, sepanjang karirnya, Mitnick tidak pernah mengeksploitasi akses dan data yang diperolehnya. Setelah kembali ditangkap karena memegang kendali Pacific Bell, Mitnick akhirnya menjadi peretas topi putih.
Namun, ada yang beranggapan jika hacker itu berada di area abu-abu. Menurut Wired, pada tahun 2014, ia meluncurkan "Mitnick's Absolute Zero Day Exploit Exchange," yang menjual perangkat lunak penting yang belum ditambal kelemahannya kepada penawar tertinggi.
2. Anonymous
Hacker ini merupakan sebuah kelompok yang muncul pada 2003 lalu. Kelompok ini menunjukkan sedikit organisasi dan secara longgar berfokus pada konsep keadilan sosial.
Misalnya, pada tahun 2008 grup tersebut mempermasalahkan Gereja Scientology dan mulai menonaktifkan situs web mereka, sehingga berdampak negatif pada peringkat pencarian mereka di Google dan membanjiri mesin faksnya dengan gambar serba hitam.
Pada Maret 2008, sekelompok "Anons" berbaris melewati pusat Scientology di seluruh dunia mengenakan topeng Guy Fawkes yang sekarang terkenal. Seperti dicatat oleh The New Yorker, FBI dan lembaga penegak hukum lainnya telah melacak beberapa anggota kelompok yang lebih produktif.
Kurangnya hierarki nyata membuat hampir tidak mungkin untuk mengidentifikasi atau menghilangkan Anonymous secara keseluruhan.
3. Adrian Lamo
Adrian Lamo yang berusia 20 tahun mencuri perhatian pada 2001 silam setelah menggunakan alat manajemen konten yang tidak dilindungi di Yahoo untuk memodifikasi artikel Reuters.
Dia menambahkan kutipan palsu yang dikaitkan dengan mantan Jaksa Agung John Ashcroft. Lamo sering meretas sistem dan kemudian memberi tahu pers dan korbannya. Dalam beberapa kasus, dia akan membantu membersihkan kekacauan untuk meningkatkan keamanan mereka.
Menurut Wired, Lamo melakukan langkah lebih jauh setelah meretas intranet The New York Times, menambahkan dirinya ke daftar sumber ahli dan mulai melakukan penelitian tentang tokoh publik terkenal.
Lamo mendapat julukan "The Homeless Hacker" karena dia lebih suka berkeliaran di jalan-jalan dengan ransel dan sering tidak memiliki alamat tetap.
Editor : Hikmatul Uyun